Pengurus Harian Komunitas(PHKom)
Wilayah PHKom Morodai berada di Desa Toawara, Kecamatan Galela, Halmahera Utara, Maluku Utara. Semenjak 2019 PHKom Morodai dibentuk oleh 27 Perempuan Adat yang berasal dari suku Ambon, Galela, Loloda dan Towara. Sebagian besar Perempuan Adat yang bergabung dengan PHKom Morodai berasal dari suku Galela yakni sebanyak 53,33% dari jumlah anggota. Saat ini, anggota Phkom Morodai berjumlah 30 Perempuan Adat yang terdiri dari tiga kategori usia antara lain: pemuda sebanyak 53,33% dari jumlah anggota, Dewasa 40,00% dan lansia 6,67%.
Anggota PHKom Morodai bekerja sebagian besar berpropesi sebagai guru sekaligus petani, kemudian ibu rumah tangga dan hanya sebagian kecil mahasiswi/pelajar. Anggota PHKom PEREMPUAN AMAN Morodai tersebar di enam Desa yang berada di dua kecamatan, yaitu Kecamatan Galela dan Loloda Kepulauan. Sebagian besar anggota berada di Desa Towara, Kecamatan Galela yakni sebanyak 73,33% dari jumlah anggota dan sisanya tersebar hampir merata di lima desa lainnya.
Selain itu, masing-masing anggota juga memiliki kecakapan yang berbeda-beda, terlepas dari pekerjaannya yang sekarang dijalani atau tidak ada hubungannya sama sekali. Kemudian beberapa anggota memiliki kecakapan lebih dari satu. Kecakapan tersebut antara lain: kecakapan bertani sebanyak 21,88% dari jumlah anggota, penggerak Posyandu 10,00%, penggerak PKK 10,00% dan Dukun Beranak 3,33% dari jumlah anggota. Kecakapan terbanyak adalah bertani, yang bergantung pada keterbukaan akses dan kontrol wilayah kelola berupa kebun dan ladang. Sementara itu, kelompok-kelompok Perempuan yang berada di kampung atau desa di PHKom Morodai sebagai berikut: sebanyak 53,13% kelompok PKK , arisan 9,38% dan kelompok lainnya 3,13%. Tidak banyak kelompok Perempuan yang mengakomodir kepentingan Perempuan.
Kemudian anggota PHKom Morodai juga memiliki berbagai pengalaman, mulai dari pengalaman pernah mengikuti pelatihan sebanyak 18,75% dari jumlah anggota, pengalaman tersebut antara lain; pengalaman pelatihan PKK dan dukun beranak. Kemudian pengalaman menjadi pengurus organisasi sebanyak 6,25%, salah satunya pernah menjadi pengurus organisasi Darma wanita tingkat Kecamatan. Sementara, pengalaman ikut turun aksi (demonstrasi) sebanyak 6,25% dan pengalaman menjadi bagian dari kelembagaan adat hanya 3,13% dari jumlah anggota. Sedangkan kelompok, tokoh atau kelembagaan yang dinilai paling berpengaruh di komunitas, kampung atau desa, hanya ada dua yakni sebanyak 16,67% anggota menilai pejabat/pemerintah setempat yang paling berpengaruh dan yang kedua tokoh agama 23,33% dari jumlah anggota.
Wilayah Kelola
Secara umun, bentang alam PHKom Morodai berupa daratan dan pesisir pantai. Sebagian besar Perempuan Adat termasuk warga sekitar bekerja sebagai petani dan sekaligus nelayan. Di samping menanam, tidak sedikit Perempuan Adat memiliki aktivitas menganyam, sedangkan laki-laki menjadi nelayan dengan perahu kecil. Akan tetapi aktivitas nelayan tidak menjadi andalan ekonomi bagi Komunitas Adat Morodai, melainkan hanya sampingan dan utamanya untuk memenuhi kebutuhan protein keluarga. Ikan yang didapatkan sering kali untuk di konsumsi keluarga. Namun ketika ikan yang didapatkan banyak, maka sebagian ikan akan dijual, terutama ikan laut jenis kerapu, kepiting, atau ikan yang hidup di dasar laut lainnya. Di Morodai, orang biasa menyebutnya “ikan dasar” yang cenderung punya nilai jual lebih tinggi dibandingkan dengan ikan yang biasa di konsumsi yaitu ikan komo, tuna dan lain sebagainya.
Sementara, sumber ekonomi yang paling utama disandarkan pada hasil kebun, terutama komoditas kelapa yang diolah menjadi kopra. Tanaman kelapa merupakan tanaman yang paling tahan dari hama sekaligus penyakit dan juga cocok ditanam di tanah berbatu atau pasir sekalipun. Sejak kelapa ditanam hingga tiba panen pertama membutuhkan waktu 3 sampai 5 tahun dan pada panen berikutnya rutin dilakukan tiga kali dalam setahun. Ciri-ciri kelapa yang biasa dipanen untuk membuat kopra ketika buah sudah tua dengan ciri utama berwarna cokelat.
Dalam budaya pertanian, khususnya pertanian kelapa, ada kebisaan atau budaya yang terus dijalani hingga hari ini. Kebiasaan tersebut merupakan kegiatan gotong royong congkel kelapa atau korek kelapa (memisahkan kelapa dari tempurung dengan utuh) yang disebut dengan bari. Budaya bari ini dilakukan hampir oleh seluruh warga, kegiatannya meliputi mengupas kelapa dan korek kelapa, dilakukan dalam satu tempat secara bersama-sama dan kemudian dilanjutkan dengan proses pengasapan daging kelapa yang sudah di pisahkan dari tempurung.
Akan tetapi, meski terdapat banya kelapa, namun tidak jarang harga kopra mengalami penurunan atai tidak pernah menentu. Setiap minggu harga kelapa selalu mengalami perubahan, yang terkadang mengejutkan petani, terutama ketika harga kopra turun. Harga kopra di komunitas Adat Morodai hari ini (20 Januari 2023) berkisar 5.200 hingga 6.000 rupiah perkilo, berganti minggu bisa saja turun atau naik. Sementara tahun lalu, di tahun 2022 harga kopra perkilo mencapai 10.000 rupiah. Padahal hasil kelapa cukup lumayan banyak, dalam satu masa panen, rata-rata mendapatkan kopra 500 kilogram sampai 1 ton setiap keluarga, akan tetapi tidak pernah ada pasar yang memberi kepastian harga kopra. Kopra biasanya di jual ke pengepul kopra yang berada di sekitar desa atau kampung. Selain kelapa, di kebun juga terdapat beragam tanaman lain di antaranya: tomat, cabai, kacang, kangkung, jagung, pisang, umbi-umbian dan lain sebagainya.
Kegiatan dan Masalah yang dihadapi
Ketahanan pangan adalah salah satu kegiatan yang dilakukan PHKom Morodai di tahun 2020 lalu, bertepatan ketika awal terjadi pandemi Covid 19. Kegiatan ketahanan pangan ini bertujuan menciptakan sumber pangan secara mandiri. Dalam kegiatan ini PEREMPUAN AMAN memberikan dukungan, berupa uang sebagai tambahan modal menjalankan kegiatan. Usaha yang dilakukan PHKom Morodai memilih membuat ternak ayam ketimbang kebun pekarangan, karena kebun di sekitar pemukiman tidak aman, banyak hewan ternak berupa kambing, sapi dibiarkan berkeliaran oleh pemiliknya.
Hal itu dinilai menjadi kebiasaan yang kurang baik karena hewan ternak masuk ke kebun-kebun warga dan memakan bahkan merusak tanaman. Meski sudah diatur dalam Peraturan Desa semenjak 2009, peraturan yang melarang hewan ternak dibiarkan berkeliaran, akan tetapi kebanyakan pemiliki hewan ternak tidak peduli dan tetap membiarkan hewan ternaknya berkeliaran. Oleh sebab itu, PHKom Morodai memilih membuat ternak ayam di belakang rumah.
Akan tetapi, terak ayam mengalami beberapa kendala, salah satu kendalanya, ayam rentan terkena penyakit seperti flu dan gangguan pencernaan berupa tinja atau kotoran ayam berbentuk cair, itu menandakan pencernaan ayam kurang baik. Ini adalah pengalaman pertama membuat ternak ayam, tidak banyak yang mengetahui bahwa cuaca juga sangat berpengaruh terhadap kesehatan ayam, ternak ayam dimulai ketika sedang musim hujan, sedangkan ayam yang masih kecil tidak memiliki ketahanan yang cukup kuat dalam cuaca hujan yang berkepanjangan.
Akibatnya banyak ayam mengalami penyakit dan akhirnya tidak tertangani sehingga banyak yang mati. Kemudian kendala pakan ternak, harga pakan dinilai mahal dan cukup menguras isi kantong, nyaris tidak menguntungkan jika hitung-hitungan usaha. Meskipun sempat berkonsultasi dengan beberapa ahli ternak yang berada di kampung dan menghasilkan saran dari ahli ternak dengan memberikan solusi mencampur pakan pabrikan dengan beberapa bahan yang ada seperti sayuran, dedak dan umbi-umbian. Misalnya mencampur pakan dengan kangkung, daun dan umbi singkong/kasbi dan lain sebagainya. Tetap saja ayam tidak bisa berkembang dengan baik, karena ayam sudah terkena penyakit.
PEREMPUAN AMAN
- Jl. Sempur Kaler No.6, RT.04/RW.01, Sempur, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Jawa Barat 16129
- +62 811 920 2062
- perempuanaman@aman.or.id
AMAN
- Jl. Tebet Timur Dalam Raya No.11 A, RT.8/RW.4, Tebet Tim., Kec. Tebet, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12820
- (021) 8297954
PEREMPUAN AMAN
- Jl. Sempur Kaler No.6, RT.04/RW.01, Sempur, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Jawa Barat 16129
- +62 811 920 2062
- perempuanaman@aman.or.id
AMAN
- Jl. Tebet Timur Dalam Raya No.11 A, RT.8/RW.4, Tebet Tim., Kec. Tebet, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12820
- (021) 8297954